SMP NEGERI 2 SEDONG
Senin, 28 April 2014
Sabtu, 07 September 2013
Rabu, 01 Mei 2013
pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
29112010
PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
DASAR TIK
Dosen : Suprih Widodo, S.Si, MT
Disusun Oleh :
M. Haris Agustian
0801627
3 IPS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
S1 PGSD
2010/2011
ABSTRAK
Secara sederhana istilah pembelajaran (instruction) adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui
satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep
yang saling terkait dalam proses belajar mengajar dan efektivitasnya dapat
tercapai dengan memanfaatkan sumber pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPS harus menggunakan
sumber yang relevan dan penggunaan media pembelajaran akan menambah pengetahuan
siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah,
makalah tentang pembelajaran IPS di SD ini dapat diselesaikan. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Tersusunnya makalah ini semoga
mendatangkan manfaat yang besar untuk pendidikan di indonesia pada umunya dan
untuk para pendidik pada khususnya. Walaupun pada mulanya penyusunan makalah
ini mengalami banyak kesulitan dalam menyatukan berbagai materi penting untuk
disusun agar menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk dibaca, namun
alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Tersirat
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Besar harapan agar makalah ini dapat
menjadi salah satu sumber belajar yang baik serta mendatangkan manfaat untuk
seluruh pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, adanya kritik dan
masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini sangat dinantikan.
Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kemaslahatan umat manusia, dan
menjadi amal saleh bagi semua umat manusia.
Purwakarta, Oktober 2010
Penyusun
|
DAFTAR ISI
ABSTRAK.. i
KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A.
Latar Belakang Masalah. 1
B.
Rumusan Masalah. 2
C.
Tujuan. 2
D.
Prosedur Pemecahan Masalah. 2
E.
Sistematika Uraian. 3
BAB II PEMBAHASAN.. 4
A.
Pengertian IPS. 4
B.
Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran IPS. 5
C.
Kriteria Pembelajaran yang Efektif. 12
D.
Hakikat Pembelajaran. 15
E.
Sumber pembelajaran IPS. 18
1.
Media Sebagai Sumber Pembelajaran. 18
2.
Kelas Sebagai Sumber Belajar 19
3.
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar 20
BAB III PENUTUP. 21
Kesimpulan. 21
DAFTAR PUSTAKA.. 23
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian suatu
perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih
baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan
pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik
tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya
diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual
saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan
sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS.
Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk
memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk
nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang
kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan IPS?
2.
Apa tujuan dari pembelajaran IPS di SD?
3.
Bagaimana karakteristik pembelajaran IPS di SD?
4.
Mengapa kita harus memperhatikan tujuan pembelajaran?
5.
Bagaimana kriteria pembelajaran yang efektif?
6.
Apa hakikat pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian pembelajaran IPS.
2.
Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran IPS.
3.
Mengetahui karakteristik pembelajaran IPS di SD.
4.
Agar dapat memahami tujuan pembelajaran.
5.
Dapat memahami kriteria dan hakikat pembelajaran.
6.
Membantu pembaca dalam memahami pembelajaran IPS di SD
D. Prosedur Pemecahan Masalah
Dari beberapa prosedur pemecahan masalah
penyusun dapat memecahkan permasalahan dengan mengkaji pustaka dan
sumber-sumber yang berkenaan dengan masalah.
E. Sistematika Uraian
Adapun sistematika uraian dari makalah ini
yaitu:
BAB I Pendahuluan yang di dalamnya
meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan, Prosedur Pemecahan Masalah dan Sistematika Uraian.
BAB II merupakan pembahasan materi yang di
dalamnya meliputi Pengertian IPS, Tujuan Dan
Karakteristik IPS,Kriteria Pembelajaran yang Efektif, Hakikat Pembelajaran,
Sumber Pembelajaran IPS yang di dalamnya terdapat penjelasan
mengenai media-media yang dipakai dalam pembelajaran IPS.
BAB III adalah bab terakhir yang merupakan
bab penutup yang berisi kesimpulan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS)
merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di
perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”dalam kurikulum persekolahan di negara
lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Namun pengertian IPS di tingkat
persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di
sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS
untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang
berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri
sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau
disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari pendekatan yang
diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang
memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi
manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas
manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa
depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan
aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain
itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam
menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia
memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS
adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial
sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya,
2006)
Terdapat perbedaan yang esensial antara
IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social sciences) dengan pendidikan IPS sebagai
social studies. Jika IPS lebih dipusatkan pada pengkajian ilmu murni dari
berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial (social sciences) atau
dalam kata lain IPS adalah sebagai wujudnya. Setiap disiplin ilmu yang
tergabung dalam ilmu-ilmu sosial berusaha untuk mengembangkan kajiannya sesuai
dengan alur keilmuannya dan menumbuhkan “body of knowledge”.
B. Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran IPS
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas
dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena
itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dengan
demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang
lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam
pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan
kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada
pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skill. Tujuan intelektual berupaya untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial., kemampuan
berpikir, kemampuan prosesual dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan
hasil temuan. Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan
kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat. Tujuan ini mengembangkan
kemampuan sepeti berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan
warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini adalah pengembangan pemahaman dan sikap
positif siswa terhadap nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat.
(Sundawa, 2006)
Fokus utama dari program IPS adalah
membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia,
aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat
yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan,
malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi
masa depan.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan
dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu:
1.
Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan
masalah-masalah kemasyarakatan. Udin S. Winataputra (1996) mengemukakan bahwa
dimensi intelektual merujuk pada ranah kognitif terutama yang berkenaan dengan
proses berpikir atau pembelajaran yang menyangkut proses kognitif bertaraf
tinggi dari mulai kemampuan pemahaman sampai evaluasi. S. Hamid Hasan (1998)
menambahkan bahwa pada proses berpikir mencakup pula kemampuan dalam mencari
informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan temuan.
1.
Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai
sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu tindakan, pendapat atau hasil kerja
itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif. Franz Von Magnis (1985)
menyatakan bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah
bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan
yang buruk.
1.
Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam pembelajaran IPS
adalah mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang
mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik, ialah warga
negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak
dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan
datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang
(kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak).
Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak.
Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata
angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,
permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program
studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran
dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner
(1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan
yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan
dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut,
atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS
SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan
lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai
dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari
yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya : dunia-negara
tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa, RT/RW,
tetangga-keluarga.
Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak
pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan
temuan-temuan penelitian dari synthetic
science ditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya,
walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis,
dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap
fenomena secara sistematik.Agar diterima,hasil temuan dan prosedur inkuiri
harus diakui secara publik. (Supriatna, 2007)
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah
deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita
harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu
tujuan pengajaran menyatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu
dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu sendiri.
Seperti dikatakan Mager (1975:5),
sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa guru harus memperhatikan / merumuskan
tujuan pengajarannya.
Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi
kurang jelas, maka ia tidak akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran,
isi, ataupun metode yang tepat untuk dipergunakan dalam pengajaran itu. Dari
pengamatan dan pengalaman kita mengetahui, karena tidak pernah merumuskan
tujuan pengajaran guru-guru pada umumnya cenderung hanya menggunakan satu
metode yang dianggap paling mudah yakni metode ceramah. Apapun bahan pengajaran
yang diberikan, baik bahan pengajaran yang berisi aspek pengetahuan (cognitif domain) maupun yang lebih mengutamakan aspek keterampilan (psychomotor domain) atau aspek sikap (affective domain), semuanya diberikan dengan metode yang sama. Dengan demikian,
tujuan-tujuan yang sebenarnya diharapkan kurikulum sering tidak tercapai.
Kedua, tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar
mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan
tujuan yang jelas dan menggambarkan suatu performance yang diharapkan dikuasai oleh murid
setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan tujuan, makin
mudah bagi guru memilih instrumen penilaian mana yang tepat dipergunakan untuk
mengukur atau menilai keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan itu. Sebaliknya
tanpa tujuan yang jelas, guru akan menggunakan instrumen penilaian dengan
sembarangan saja, sehingga hasilnya pun tidak relevan, tidak fair, dan tidak
inovatif.
Ketiga, tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas, sukar bagi guru untuk
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa pencapaian tujuan
pengajaran itu. Seperti telah dikatakan di atas, dengan adanya tujuan yang
jelas memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai dirumuskan. Bagi guru,
setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar-mengajar mana
yang dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Di samping ketiga alasan yang telah
dikemukakan di atas, ada satu hal lagi yang penting dan perlu dikemukakan di
sini. Yakni dengan tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas, sukar
bagi guru untuk mengadakan balikan (feedback) terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan. Sebenarnya hal
itu sangat erat hubunganya dengan apa yang telah dikemukakan pada alasan kedua.
Dengan melihat hasil evaluasi yang diperoleh setelah mengalami proses belajar
tertentu, seyogianya guru dapat melihat kembali apakah program pengajaran yang
telah disusunnya itu baik. Jika belum, di mana letak kekurangan dan
kesalahannya, apakah pada pemilihan bahan pengajaran yang terlalu sukar atau
terlalu mudah, pada pemilihan dan penggunaan alat bantu mengajar yang kurang
sesuai, ataukah pada pemilihan metode mengajar yang kurang tepat? Semua ini
tidak mungkin dilaksanakan jika tujuan pengajaran itu sendiri tidak dirumuskan
dengan jelas. (Purwanto, 2006)
Hakekat belajar menurut teori kognitif
dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan
informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
5.
Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6.
Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7.
Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan
sebagainya. (Budiningsih, 2005)
C. Kriteria Pembelajaran yang Efektif
Keberhasilan proses pembelajaran tidak
terlepas dari cara pendidik mengajar dan peserta didik belajar, sebab baik
tidaknya hasil proses pembelajaran dapat dilihat dan dirasakan oleh pendidik
dan peserta didik sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil
apabila ada perubahan pada diri peserta didik. Perubahan perilaku ini
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Juga didalam proses
pembelajaran peserta didik harus menunjukan kegairahan belajar yang tinggi,
semangat kerja yang besar dan percaya pada diri sendiri. Untuk memperoleh hasil
seperti yang telah dikemukakan diatas, salah satu caranya adalah meningkatkan
kualitas belajar.
Untuk kegiatan proses pembelajaran yang
efektif dan memperoleh hasil yang memuaskan, pendidik dan peserta didik perlu
menggunakan cara-cara belajar yang efektif pula. Sebenarnya banyak cara
yang dapat ditempuh untuk memperoleh keefektifan dalam proses pembelajaran,
yaitu mulai dari memberikan informasi dan penjelasan, memberikan tugas, praktek
di laboratorium sampai dengan praktek di lapangan. Namun apakah semua kegiatan
itu efektif dilaksanakan oleh peserta didik dan memperoleh hasil yang memuaskan
tanpa mengetahui pembelajaran yang baik. (Rukmana, 2006)
Untuk memahami konsep belajar secara utuh
perlu digali lebih dulu bagaimana para pakar psikologi dan pakar pendidikan
mengartikan konsep belajar. Pandangan kedua kelompok pakar tersebut sangat
penting karena perilaku belajar merupakan ontologi atau bidang telaah dari
kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya
dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai
dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja
diciptakan.
Pengertian belajar yang cukup komprehensif
diberikan oleh Bell Gledler (1986;1) yang menyatakan bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skill, dan attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam
pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau
pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari
makhluk lainnya.
Belajar sebagai proses manusiawi memiliki
kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun
modern. Pentingnya proses belajar dapat dipahami dari traditional/local wisdom, filsafat, temuan penelitian dan teori
tentang belajar. Traditional/local wisdom adalah ungkapan verbal dalam bentuk frasa, peribahasa, adagium, maksim,
kata mutiara, petatah-petitih atau puisi yang mengandung makna eksplisit atau
tentang pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh : Iqra bismirobbika ladzi kholaq (Bacalah alam semesta ini dengan nama Tuhanmu); Belajarlah sampai ke negeri China sekalipun (Belajarlah tentang apa saja, dari siapa saja dan dimana saja); Bend the willow when it is young(Didiklah anak selagi
masih muda); Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian(Belajar lebih dahulu nanti akan dapat
menikmati hasilnya).
Dalam pandangan yang lebih komprehensif
konsep belajar dapat digali dari berbagai sumber seperti filsafat, penelitian
empiris, dan teori. Para ahli filsafat telah mengembangkan konsep belajar
secara sistematis atas dasar pertimbangan nalar dan logis tentang realita
kebenaran, kebajikan dan keindahan. Plato, dalam Bell-Gredler (1986: 14-16)
melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia dan dibawa lahir.
Sementara itu Aristoteles melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam
dunia fisik bukan dalam pikiran. Kedua kutub pandangan filosofis tersebut berimplikasi pada
pandangan tentang belajar. Bagi penganut filsafat idealisme hakikat realita
terdapat dalam pikiran, sumber pengetahuan adalah ide dalam diri manusia, dan
proses belajar adalah pengembangan ide yang telah ada dalam pikiran. Sedang
penganut realisme, realita terdapat dalam dunia fisik, sumber pengetahuan
adalah pengetahuan sensori, dan belajar merupakan kontak atau interaksi
individu dengan lingkungan fisik. (Winataputra U. S., 2008)
D. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan
suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara
guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bantuk komunikasi yang dapat
diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran.
Guru menempati posisi kunci dan strategis
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk
mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk itu guru
harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter,
transformator, organizer, fasilitator, motivator dan evaluator bagi terciptanya
proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
sebab akibat. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses
pembelajaran siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan
akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu guru sebagai figur sentral, harus
mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong
terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien.
Siswa sebagai peserta didik merupakan
subjek utama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan banyak
tergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa. Cara belajar
ini dapat dilakukan dalam bentuk kelompok (klasikal) ataupun perorangan
(individual). Oleh karena itu, guru dalam mengajar harus memperhatikan
kesiapan, tingkat kematangan, dan cara belajar siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai
akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Menurut Bloom, dkk; tujuan
pembelajaran dapat dipilah menjadi tujuan yang bersifat kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Derajat pencapaian tujuan
pembelajaran ini merupakan indikator kualitas pencapaian tujuan dan hasil
perbuatan belajar siswa. (Hernawan, 2008)
Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan
nasional konsep belajar harus diletakkan secara substantif-psikologis terkait pada seluruh esensi tujuan
pendidikan nasional mulai dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, konsep belajar dalam
konteks tujuan pendidikan nasional harus dimaknai sebagai belajar untuk menjadi
orang yang : beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Karena pendidikan memiliki misi psiko
pedagogic dan sosio pedagogic maka pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan
sikap, serta keterampilan mengenai keberagaman dalam konteks beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; keberagaman dalam konteks berakhlak mulia;
ketahanan jasmani dan rohani dalam konteks sehat; kebenaran dan kejujuran
akademis dalam konteks berilmu melekat; terampil dan cermat dalam konteks
cakap; kebaruan (novelty) dalam konteks kreatif, ketekunan dan percaya diri dalam konteks mandiri;
dan kebangsaan, demokrasi dan patriotisme dalam konteks warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab seyogianya dilakukan dalam rangka pengembangan
kemampuan belajar peserta didik.
Belajar sering juga diartikan sebagai
penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta
keterampilan. Secara konseptual Fontana (1981), mengartikan belajar adalah
suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil
dari pengalaman. (Winataputra U. S., 2008)
Pada dasarnya pendidikan adalah proses
transformasi atau proses perubahan tingkah laku (change of behavior) peserta didik. Perubahan tingkah laku yang dimaksud bukan sekedar
perubahan dalam penambahan jenis tingkah lakunya, tetapi diharapkan terjadi
perubahan struktural yang berkenaan dengan perubahan tingkah laku menuju kepada
derajat kemapanan tertentu. Artinya, dalam garapan pendidikan akan terjadi
proses perubahan tingkah laku menuju kepada kedewasaan (maturity).
Pendidikan merupakan proses yang
berdimensi luas, yaitu dari sisi peserta didik, sebagai pelaku yang belajar dan
dari sisi pendidik/guru sebagai pelaku yang mengajar atau membelajarkan.
Hubungan pendidik dan peserta didik adalah hubungan fungsional, dalam arti
pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan yang akan dicapai, baik
pendidik maupun peserta didik memiliki tujuan tersendiri. Meskipun demikian,
tujuan pendidik dan tujuan peserta didik dapat dipersatukan dengan tujuan
instruksional. (Wahyudin, 2007)
E. Sumber pembelajaran IPS
1. Media Sebagai Sumber Pembelajaran
Pada dasarnya siswa memiliki minat (sense of interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality). Mengingat materi pembelajaran IPS lebih banyak memuat informasi maka
upaya mengembangkan kedua potensi siswa tersebut, guru dituntut memiliki
kreativitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk
mengidentifikasi, menyeleksi dan menentukan sumber pembelajaran yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
Media sebagai sumber pembelajaran erat
kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator,
guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga harus
memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan
baik. Memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan tujuan, materi, metode,
evaluasi dan yang lebih utama dapat memperlancar pencapaian tujuan serta
menarik minat siswa. Sebagai mediator, guru pun menjadi perantara siswa dengan
siswa, dan siswa dengan lingkungan sehingga guru pun dituntut untuk memiliki
keterampilan tentang komunikasi dan berinteraksi. Sehingga siswa dikembangkan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Kelas Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya pengelolaan kelas merupakan
suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan suasana kelas
yang efektif bagi terselenggaranya kegiatan belajar mengajar, yang
keberhasilannya akan bergantung kepada : tujuan pembelajaran, penggunaan waktu,
pengaturan ruang dan sarana belajar serta pengaturan kegiatan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai
pengelola kelas (learning manager) hendaknya memiliki kemampuan untuk mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar yang menyenangkan bagi siswa. Kelas sebagai sumber pembelajaran tidak
terbatas pada pemeliharaan dan penciptaan suasana belajar yang efektif, melainkan
juga dapat dijadikan sebagai tempat pameran hasil karya siswa. Kelas yang
memiliki pajangan atau pameran hasil karya siswa dapat menjadi tempat yang
menarik dan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Melihat adalah bagian dari
kegiatan belajar. Para siswa belajar melalui kegiatan mendengar, melihat,
meraba, mencium dan berbuat. Hasil karya siswa yang baik akan mendorong
para siswa untuk menggunakan panca indera penglihatannya untuk belajar dengan
membaca dan memanfaatkan hasil karya siswa tersebut.
3. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan sebagai sumber pembelajaran
menuntut kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan
mengajar yang rutinitas dan monoton. Terdapat empat jenis sumber pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik,
bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial. Memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir logis, sisitematis
dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik dan
menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan ke
dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas. (Winataputra U. S., 2008)
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Secara sederhana istilah pembelajaran (instruction) adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui
satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan terencana untuk mengkondisikan seseorang atau sekelompok orang agar
bisa belajar dengan baik. Oleh sebab itu, unsur utama pembelajaran adalah siswa
bukan guru. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun
antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep
yang saling terkait dalam proses belajar mengajar dan efektivitasnya dapat
tercapai dengan memanfaatkan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran IPS dapat
menggunakan buku sumber (buku teks, majalah atau koran dan media massa
lainnya), media dan alat pengajaran, situasi dan kondisi kelas serta
lingkungan. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan. Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku dalam proses belajar
adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan.
Bagi guru IPS buku sumber bukan
satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat digunakan, karena buku sumber pada
umumnya memuat informasi yang sudah lama. Media dan alat peraga dalam
pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu guru dalam
melaksanakan perannya sebagai demonstator. Manfaat media atau alat pembelajaran
adalah: mengurangi verbalisme, memusatkan perhatian siswa, mudah diingat,
membantu pemahaman siswa serta mendorong untuk melakukan diskusi. Media pembelajaran
digolongkan atas 3 kelompok yaitu : media dengar (visual aids), media pandang (auditive aids), dan media raba atau gerak (motor aids). Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga
jenis media tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. (2005). BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Hernawan, A. H. (2008). PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN . Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. N. (2006). ILMU PENDIDIKAN TEORETIS DAN PRAKTIS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rukmana, A. (2006). PENGELOLAAN KELAS. Bandung: UPI PRESS.
Sapriya. (2006). KONSEP DASAR IPS. Bandung: UPI PRESS.
Sundawa, D. (2006). PEMBELAJARAN DAN EVALUASI HASIL BELAJAR IPS. Bandung: UPI PRESS.
Supriatna, N. (2007). PENDIDIKAN IPS DI SD. Bandung: UPI PRESS.
Wahyudin, H. D. (2007). PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS DI SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta: Universitas Terbuka
Selasa, 18 Desember 2012
Minggu, 16 Desember 2012
Minggu, 02 Desember 2012
bacaan Dzikir sesudah shalat
Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu
Berikut
ini adalah bacaan wiridan ba’da sholat fardhu berdasarkan pada hadits
Rasulullah
1. اَسْتَغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْمَ لِى وَالِوَلِدَيَّ وَلِاَصْحَابِ اْلحُقُوْقِ اْلوَاجِبَةِ عَلَيَّ وَلِمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمَوَاتِ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ....3x
2. لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهْ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ... 3x
3. اَللّهُمَّ اَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ...3x
4. اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
5. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَاْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ
6. سُوْرَةُ اْلفَاتِحَةِ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿١﴾ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿٣﴾ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿٤﴾ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴿٥﴾ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴿٧﴾. أمِيْن
7. سُوْرَةُ اْلاِخْلاَصِ ...3x بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾ ... (3)
8. سُوْرَةُ اْلفَلَقْ ...1x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾
9. سُوْرَةُ النَّاسِ ...1x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾
10. اٰيَةُ اْلكُرْسِى...1x
وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَاحِدْ ، لاَاِلٰهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم ، اَللهُ لاَاِلٰهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ ، لاَتَأْخُذُهُ سِّنَةُ وَلاَ نَوْمُ ، لَهُ مَا فِى السَّمٰوَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْض ، مَنْ ذَاالَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ، وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِنْ عِلْمِهِ اِلاَّ
بِمَاشَاءَ ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ وَاْلاَرْضََ ، وَلاَ يَؤُدُهُ
حِفْظُهُمَا وَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ .
للهِ مَا فِى السَّمٰوَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْضِِ، وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى اَنْفُسِكُمْ اَوْتُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ الله ، فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ، وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر.
أٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ ، كُلٌّ أٰمَنَ بِااللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ، وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ ، لاَيُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا ، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااْكتَسَبَتْ ، رَبَّنَا لاَ
للهِ مَا فِى السَّمٰوَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْضِِ، وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى اَنْفُسِكُمْ اَوْتُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ الله ، فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ، وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر.
أٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ ، كُلٌّ أٰمَنَ بِااللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ، وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ ، لاَيُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا ، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااْكتَسَبَتْ ، رَبَّنَا لاَ
تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَأْنَا ، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ
عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ، رَبَّنَا
وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ .
11. شَهِدَ اللهُ اَنَّهُ لاَاِلٰهَ اِلاَّهُوَ وَاْلمَلاَئِكَةُ وَاُوْلُواْلعِلْمِ قَائِمًا بِااْلقِسْطِ لاَاِلٰهَ اِلاَّهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ ، اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَاللهِ اْلاِسْلاَمُ قُلِ اللّهُمَّ مَالِكَ اْلمُلْكِ تُؤْتِى اْلمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزَعُ اْلمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ اْلخَيْرُ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ
11. شَهِدَ اللهُ اَنَّهُ لاَاِلٰهَ اِلاَّهُوَ وَاْلمَلاَئِكَةُ وَاُوْلُواْلعِلْمِ قَائِمًا بِااْلقِسْطِ لاَاِلٰهَ اِلاَّهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ ، اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَاللهِ اْلاِسْلاَمُ قُلِ اللّهُمَّ مَالِكَ اْلمُلْكِ تُؤْتِى اْلمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزَعُ اْلمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ اْلخَيْرُ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ
قَدِيْرٌ ، تُوْلِجُ اللَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى
اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ اْلحَيَّ مِنَ اْلمَيِّتِ وَتُخْرِجُ اْلمَيِّتَ مِنَ
اْلحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابْ.
12. اِلٰهَنَا يَا رَبَّنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا – سُبْحَانَ الله – 33x، سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا اَبَدًا
13. اْلحَمْدُ لله ... 33x ، اْلحَمْدُ لله رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ عَلٰى كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ
14. اَللهُ اَكْبَرُ ... 33x ، اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ، لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِااللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
15. اَسْتًغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْم 33x
16. اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ – لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ –33x
17. لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَلِمَةُ اْلحَقُِّ عَلَيْهَا نَحْيٰ وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْ شَاءَاللهُ تَعَالٰى مِنَ اْلاٰمِنِيْنَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَكَرَمِهِ ، جَزَ اللهُ عَنَّا سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهُوَ اَهْلُهُ
12. اِلٰهَنَا يَا رَبَّنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا – سُبْحَانَ الله – 33x، سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا اَبَدًا
13. اْلحَمْدُ لله ... 33x ، اْلحَمْدُ لله رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ عَلٰى كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ
14. اَللهُ اَكْبَرُ ... 33x ، اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ، لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِااللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
15. اَسْتًغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْم 33x
16. اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ – لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ –33x
17. لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَلِمَةُ اْلحَقُِّ عَلَيْهَا نَحْيٰ وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْ شَاءَاللهُ تَعَالٰى مِنَ اْلاٰمِنِيْنَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَكَرَمِهِ ، جَزَ اللهُ عَنَّا سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهُوَ اَهْلُهُ
BAB II IMAN KEPADA ALLAH SWT
BAB II
IMAN KEPADA ALLAH SWT
A. RINGKASAN MATERI
- Pengertian iman
kepada Allah SWT
Kata iman menurut bahasa berarti percaya, sedangkan
menurut istilah iman adalah : meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan
dan mengamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-benar ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaan Nya, kemudian pengakuan ini diikrarkan dengan lisan
dan dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
- Jumlah sifat-sifat
kesempurnaan Allah SWT
Allah adalah Tuhan yang memiliki
kesempurnaan dengan sifat-sifat-Nya, diantaranya
:
a. Sifat wajib , yaitu sifat yang pasti ada pada Allah SWT.
b. Sifat Mustahil, yaitu sifat-sifat yang tak mungkin dimiliki atau terjadi
pada Allah SWT.
c. Sifat Jaiz, yaitu sifat yang mungkin bagi Allah untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak-Nya.
- Dalil Aqli dan dalil
Naqli untuk memahami keberadaan Allah
Dalil adalah argumentasi untuk
lebih menguatkan dan menambah keyakinan dan pemahaman kita akan keberadaan
Allah SWT. Dalil bisa berasal dari logika manusia (bersifat logis atau masuk
akal), ada juga yang berasal dari Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup
seorang muslim. Dalil untuk memhami sifat-sifat Allah dibedakan menjadi 2,
yaitu:
- Dalil Aqli adalah dalil
yang berdasarkan akal manusia untuk menerima secara logis tentang eksistensi
(keberadaan) Allah.
Contoh:
Betulkah bahwa Allah bersifat Wahdaniyah (Maha Esa/satu)?
Dalilnya adalah kita bisa memperhatikan sebuah mobil yang sopirnya hanya satu.
Bagaimana jika sopir dalam sebuah mobil tersebut ada 2. Coba bayangkan! Begitu
juga jika yang mengatur dan menguasai alam ini ada Tuhan selain Allah SWT. Mungkinkah
yang mengatur 2, 3, atau 4 Tuhan?
- Dalil Naqli adalah dalil
yang berdasarkan kebenaran Al-Quran dan Al-Hadits untuk menerima secara
yakin akan keberadaan Allah SWT.
Contoh:
Bahwa Allah bersifat Esa. Lihat Surat Al-Ikhlas ayat 1-3.
- Sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWT.
Sifat adalah
sesuatu yang menjadi ciri khas sesuatu. Sifat bagi Allah menjadi ciri khas Dzat
Allah SWT, diantaranya:
No
|
Sifat-sifat Allah
|
|||
Wajib
|
Artinya
|
Mustahil
|
Artinya
|
|
1.
|
Wujud
|
Ada
|
A’dam
|
Tidak ada
|
2.
|
Qidam
|
Terdahulu
|
Huduts
|
Baru
|
3.
|
Baqa’
|
Kekal
|
Fana
|
Rusak/binasa
|
4.
|
Mukhalafatu lil hawaditsi
|
Berbeda dengan makhluknya
|
Mumatsalatu lil hawaditsi
|
Serupa dengan makhluknya
|
5.
|
Qiyamuhu binafsihi
|
Berdiri sendiri
|
Qiyamuhu bighairihi
|
Membutuhkan pihak lain
|
6.
|
Wahdaniyah
|
Maha Esa
|
Ta’addud
|
berbilang
|
7.
|
Qudrat
|
Maha Kuasa
|
Ajzun
|
Lemah
|
8.
|
Iradat
|
Berkehendak
|
Karohah
|
Terpaksa
|
9.
|
Ilmu
|
Maha Mengetahui
|
Jahlun
|
Bodoh
|
10.
|
Hayat
|
Maha Hidup
|
Mautun
|
Mati
|
11.
|
Sama’
|
Maha Mendengar
|
Shummun
|
Tuli
|
12.
|
Bashar
|
Maha Melihat
|
Umyun
|
Buta
|
13.
|
Kalam
|
Berfirman
|
Bukmun
|
Bisu
|
14.
|
Qodiran
|
Maha Kuasa
|
’Ajzu
|
Lemah
|
15.
|
Muridan
|
Maha Berkehendak
|
Mukrahun
|
Terpaksa
|
16.
|
’Aliman
|
Maha Mengetahui
|
Jahilun
|
Bodoh
|
17.
|
Hayyan
|
Maha Hidup
|
Mayyitun
|
Mati
|
18.
|
Sami’an
|
Maha Mendengar
|
’Ashomma
|
Tuli
|
19.
|
Bashiran
|
Maha Melihat
|
A’ma
|
Buta
|
20.
|
Mutakalliman
|
Maha Berfirman
|
Abkama
|
Bisu
|
- Hikmah Iman kepada Allah SWT.
Pelajaran yang kita petik setelah mempelajari materi ini
adalah:
a.
Menumbuhkan keyakinan yang
utuh tentang keesaan dan adanya Allah swt
b.
Membentuk pribadi yang
berkualitas
c.
Membentuk kesadaran bahwa
manusia adalah makhluk yang lemah, sehingga kita tidak boleh berlaku sombong
d.
Membentuk pribadi yang
optimis, segalanya pasti terjadi akan kehendak dan kekuasaan Allah.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.
Membaca ayat-ayat pilihan
kurang lebih 5 – 10 menit
2.
Guru memberikan penjelasan
pokok-pokok materi yang akan diajarkan
3.
Kelas dibagi 4 kelompok dan
masing-masing kelompok mendapatkan tugas yang berbeda
4.
Masing-masing kelompok
membahas topik yang berbeda dan mempresentasikan hasil bahasannya
5.
Guru menjadi fasilitator dan
memberikan penilaian terhadap kinerja siswa
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
Untuk menambah keyakinan akan keberadaan Allah SWT, maka
tunjukkanlah dengan cara mengisi kolom di bawah ini !
No
|
Sifat Wajib
|
Dalil Naqli
|
Dalil Aqli
|
1.
|
Wujud
|
Surat Al-Mukminun: 78-80
|
Secara akal bahwa adanya alam semesta
ini menunjukkan bahwa Allah itu ada.
|
2.
|
Qidam
|
||
3.
|
Baqa’
|
||
4.
|
Mukhalafatu lil hawaditsi
|
||
5.
|
Qiyamuhu binafsihi
|
||
6.
|
Wahdaniyah
|
||
7.
|
Qudrat
|
||
8.
|
Iradat
|
||
9.
|
Ilmu
|
||
10.
|
Hayat
|
||
11.
|
Sama’
|
||
12.
|
Bashar
|
||
13.
|
Kalam
|
D. UJI KOMPETENSI
I. Pilihlah Salah satu jawaban yang paling tepat !
- Iman menurut bahasa artinya ....
a.
hamba b. taat c.
percaya d. patuh
- Seorang laki-laki beriman disebut ....
a.
muslim b. mukminat c.
mukmin d. muslimat
- Beriman kepada Allah adalah rukun iman ke ....
a.
satu b. dua c.
tiga d. empat
- Adanya alam semesta menunjukkan sifat wajib
Allah ....
a.
qidam b.
baqa’ c. wujud d. qudrat
- Allah melihat semua perbuatan manusia, sifat
ini disebut ....
a.
hayat b. sama’ c.
bashar d. kalam
- Allah memiliki kebebasan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu, disebut ....
a.
mutlak b. wajib c.
jaiz d.
mustahil
- Sifat wajib yang dimiliki Allah menurut jumhur
ulama sebanyak ....
a.
10 b. 20 c.
13 d. 7
- Bukmun adalah salah satu sifat mustahil bagi
Allah, yang artinya ....
a.
lemah b. berbilang c.
bodoh d.
bisu
- Dalil Naqli Q.s. Al-Ikhlas ayat 1 menunjukkan
bahwa Allah bersifat ....
a.
irodat b.
baqa’ c. wahdaniyat d. wujud
- Allah memerintahkan agar kita beribadah
kepada-Nya, ini bukan berarti bahwa
Allah membutuhkan hambanya, karena Allah bersifat ....
a.
iradat b. qiyamuhu binafsihi c. qudrat d.
wahdaniyah
II.
Isilah titik-titik di bawah ini
dengan jawaban yang tepat !
1.
Pengertian Iman secara
istlah adalah membenarkan dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lisan dan
......
2.
Orang yang telah
beriman disebut ......
3.
Allah hanya memiliki
satu sifat ......
4.
Surat Al-Ikhlas
ayat 1 menerangkan bahwa Allah SWT
memiliki sifat ......
5.
Allah SWT
bersifat Qiyamuhu binafsihi artinya ......
6.
Allah memiliki
sifat wajib Ilmu, mustahil Allah bersifat ......
7.
Dalil naqli
bahwa Allah bersifat irodat terdapat di dalam surat Yasin ayat ...
8.
Lawan dari sifat
Allah Sama’ adalah ......
9.
Semua ciptaan
Allah swt mempunyai kelemahan, perubahan dan perkembangan, dan akhirnya musnah
tidak ada lagi. Tetapi Allah tidak, pertanda bahwa Allah bersifat ...
10.
Salah satu
hikmah beriman kepada adanya Allah swt adalah...
III. Jawablah
pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar !
- Jelaskan pengertian iman secara bahasa dan
istilah!...............................................
...................................................................................................................................
- Apakah yang kamu ketahui tentang sifat
mustahil Allah?
..................................................................................................................................
- Apakah perbedaan antara dalil Aqli dan dalil
naqli?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Tuliskan surat apa ayat berapa beserta artinya
sebagai dalil naqli bahwa Allah bersifat Mukholafatu lil hawaditsi!?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Berikan contoh dalil Aqli bahwa Allah bersifat
hayat!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Sebutkan 5 macam sifat wajib Allah beserta
artinya!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Sebutkan 5 macam sifat mustahil Allah beserta
artinya!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Jelaskan bukti-bukti bahwa Allah SWT itu ada!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Mungkinkah bahwa Allah itu Huduts atau baru?
Jelaskan!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
- Sebutkan 2 fungsi beriman kepada Allah SWT!
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Langganan:
Postingan (Atom)